Salamatulinsan fi hifdzil lisan. 0 /5000 Dari:-Ke:-Hasil (Arab) 1: Disalin! سالاماتول هيفدزيل وأي فأي إنسان عن طريق الفم. Sedang diterjemahkan, harap tunggu.. Hasil (Arab) 2: Disalin! فاي انسان Salamatul Hifdzil عن طريق الفم. Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
Ilustrasi glints. Allah berfirman: 'Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, kemudian menyebar kannya dan banyak memakan yang haram. [Al-Maidah : 42] Nabi saw bersabda: 'Selamatnya seorang insan bergantung pada lisan-. *^^^*. Lisan bisa berupa ucapan atau tulisan bahkan d era digital bisa bermakna status, share
Padahal secara teologis bahaya fitnah maupun kebohongan sebenarnya sudah diingatkan oleh sebuah pepatah Arab-Syria yang menyatakan, "Salamatul insan fi hifdzil lisan" --keselamatan seseorang
SalamatulInsan fi Hifdzil "Postingan". Kecenderungan "masyarakat sosmed" sekarang, pada umumnya adalah KAGETAN. Iya, kagetan, karena memang banyak sekali informasi masuk dari mata ke otak yang belum pernah dilihat, diraba diterawang , dan diketahuinya. Nah, tinggal bagaimana menyikapi kebiasaan KAGETAN ini menjadi lebih postif.
Salamatul Insan fi hifdzil Lisan". Keselamatan seseorang sangat bergantung dari bagaimana ia menjaga lisannya. Pada satu sisi ia bisa mendapat berbagai kemuliaan dan keberkahan. Sisi yang lain tidak menutup kemungkinan justru menjadi sebab datangnya bencana dan mudhorot bagi dirinya dan orang lain. Itulah Lisan ia laksana pisau bermata dua
salamatulinsan fi hifdzil postingan, anti hoax, millenial anti hoax, say no to hoax
Merekaharus menyadari bahwa keselamatan orang berada dalam kemampuannya menjaga lisan (salamatul insan fi hifdzil lisan). Dan lisan adalah modal utama pendakwah dalam menyebarkan kebenaran yang sinergis dengan keramahan dan keharmonisan. Kolom terkait: Kaleidoskop 2017: Tahun Keprihatinan Beragama
Febru ·. "Salamatul Insan Fi Hifdzil Lisan", sungguh selamatnya seseorang adalah ketika dia sanggup menjaga lisannya dari menyakiti orang lain. Ketika seseorang menghina orang lain maka sudah pasti di hatinya timbul tinggi hati, merasa lebih baik dari yang di hina yang dengan itu akan mendatangkan dosa.
kbufGJ. menjadi orang besar dan terpandang bukan di tentukan oleh jabatan dan seberapa banyak harta yang di miliki tapi lebih kepada bagaimana orang itu bisa lebih menghargai orang yang lebih rendah di bawahnya dan membantu mereka. hidup itu seperti roda,berputar silih berganti,banyak hal dari orang lain yang kadang kita tidak mengerti jangan pernah memandang orang dari sisi luar saja/fisik,cobalah untuk belajar menghargai orang lain jika memang ingin di hargai oleh orang lain. Salamatul Insan Fi Hifdzil Lisan
Oleh Muhbib Abdul Wahab Salah satu nikmat Allah SWT yang sangat berarti bagi interaksi sosial adalah lisan. Dengan lisan manusia berbahasa, berdialog, dan berkomunikasi dengan orang lain. Dengan lisan pula Rasul SAW menyampaikan pesan-pesan Ilahi kepada umatnya. Hanya saja, tidak semua lisan termenej dengan baik. Kadang lisan digunakan untuk kebaikan. Tidak jarang pula lisan digunakan untuk memproduksi kata-kata kotor, fitnah, caci maki, teror, dan sebagainya. Padahal, menurut sebuah pepatah “Mulutmu adalah harimaumu”. Karena itu, manajemen lisan menjadi sangat penting. Sebuah pepatah Arab menyatakan “Salamatul insan fi hifzhil lisan” Keselamatan manusia itu sangat tergantung pada pemeliharaan lisan.Diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Turmudzi, Nabi SAW pernah duduk bersama 'Aisyah RA. Tiba-tiba Sofiah Binti Huyai, istri beliau, datang menemui keduanya. 'Aisyah terlihat agak cemburu, dan berkata kepada beliau "Cukuplah dia Sofiah yang pendek itu untukmu!" Nabi langsung menegur keras 'Aisyah "Engkau sungguh telah mengeluarkan kata-kata yang jika dicampurkan dengan air laut, niscaya airnya menjadi sangat keruh!".Teguran Nabi SAW tersebut menunjukkan bahwa siapapun, termasuk istri beliau sendiri, harus berhati-hati dalam menggunakan lisannya. Jika tidak, maka lidah yang tidak bertulang itu dapat menimbulkan bencana. Sebuah syair Arab menyatakan "Jagalah lisanmu jika engkau berbicara, sebab lisan dapat membawa bencana. Ketahuilah bahwa bencana itu sangat bergantung pada lisannya." Karena itu, Nabi SAW bersabda "Tidak akan lurus iman seorang hamba sebelum lurus hatinya, dan tidak akan lurus hati seorang hamba sebelum lurus benar lisannya." HR Ahmad.Menjaga dan memanej lidah sangat penting bagi setiap Muslim. Indikator keberislaman seseorang, antara lain, terletak pada kemampuannya menjaga lidah untuk tidak digunakan untuk berkata kotor, menyakiti hati orang lain, memfitnah, memprovokasi, mengadu domba, dan sebagainya. "Yang disebut Muslim adalah orang yang lisan dan perbuatan tangannya membuat orang lain aman dan selamat." HR Muslim. Karena itu, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata baik atau diam." HR Al-Bukhari dan MuslimSetidaknya ada lima cara mudah untuk memanej lisan agar apa yang diucapkan itu tidak sia-sia. Pertama, jangan berkata kalau tidak bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Kedua, carilah waktu, kata-kata dan situasi yang tepat untuk berbicara. Artinya berbicaralah sesuai dengan keperluan. Karena itu, jangan terlalu banyak berbicara, sebab "Sebaik-baik perkataan adalah yang singkat tapi padat dan efektif tepat sasaran, bermakna HR At-Tabarani.Ketiga, iringi setiap perkataan dengan dzikir kepada Allah agar tidak berlebihan dalam berbicara. "Janganlah engkau banyak berbicara tanpa dzikir kepada Allah, sebab banyak bicara tanpa dzikir kepada Allah dapat mengeraskan hati. Sementara, orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang berhati keras." HR At-Turmudzi.Keempat, jangan suka mengobral janji ketika berbicara, karena berjanji itu lebih mudah terutama bagi yang sedang berkampanye daripada menepatinya. Jika perkataan seseorang tidak lagi dapat dibuktikan dengan perbuatannya, maka terjadilah krisis kepercayaan dan menyebabkan kemurkaan Allah. "Hai orang-orang beriman, mengapa engkau mengatakan sesuatu yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan." QS Ash-Shaff [61] 2-3.Kelima, jauhi ghibah membicarakan aib orang lain dan perkataan tidak terpuji karena hal ini dapat mengundang keterlibatan setan untuk membumbui dan memprovokasi. Karena itu, carilah mitra bicara yang tidak suka melakukan ghibah. Menjauhi ghibah merupakan pangkal keselamatan. 'Uqbah Bin 'Amir pernah bertanya kepada Nabi SAW "Apa itu keselamatan?" Nabi menjawab "Kendalikan lisanmu, berusahalah untuk kebutuhan rumah tanggamu, dan tangisilah kesalahanmu." HR At-Turmudzi.Jadi, memanej lisan untuk kebaikan dan kemasalahatan diri sendiri dan orang lain merupakan kunci keberhasilan dan keselamatan kita semua. Karenanya, kita harus mensyukuri nikmat lisan ini hanya untuk kebaikan, bukan untuk menebar fitnah, kebencian, dan kemaksiatan.
"Salamatul Insan Fi Hifdzil Lisan" Pelihara Lisanmu, Jika Kau Ingin Selamat Teringat beberapa tahun yang lalu diberikan mahfudzot yaitu “Salamatul insan fi hifdzil lisan” yang memiliki arti bahwa, keselamatan manusia itu ada dalam seseorang menjaga lidahnya. Lidah memang tak bertulang, tetapi ketajamannya melebihi dari sebuah pedang. Menjaga serta memagement lidah tentunya menjadi sangat penting bagi seorang muslim. Setidaknya terdapat lima cara yang mudah dalam memangement lisan agar apa yang kita ucapkan tidak menyakiti hati orang lain. Pertama, jangan berkata kalau tidak bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain, Kemudian carilah waktu serta situasi yang tepat untuk berbicara, sebab menurut HR At-Tabrani mengatakan bahwa “Sebaik-baik perkataan adalah yang singkat tapi padat dan efektif tepat sasaran, bermakna”. Jangan suka mengobral janji ketika berbicara, Menggunakan lisan dengan bijak, terakhir menjauhi ghibah atau membicarakan aib orang lain. Manusiawi, Jika terkadang kebablasan dalam menjaga serta memangement lisan kita. Namun, sudah sepatutnya sebagai seorang muslim harus berusaha untuk menjaganya. Jangan sampai seperti peribahasa nila setitik rusak susu sebelangga. Mengapa demikian, terkadang dalam hal berbicara, berkomunikasi sering sekali kita tidak sadar. Jika apa yang kita ucapkan dapat membuat tersinggung hingga sakit hati lawan bicara kita. Hal ini mengakibatkan semua persoalan akan menjadi kacau, rusaknya hubungan yang awalnya harmonis dan mengancam hubungan tersebut tidak harmonis. Belajar dari sinilah, kita harus pandai dalam memilah-milah apa yang akan diucapkan dengan lawan komunikasinya. Berfikirlah “out of the box”, keluar dari pemikiran biasanya. Mencoba untuk memandang sebuah permasalahan dari beberapa sudut, mengambil dari masing-masing sisi positif dan negatifnya. Jangan hanya men judge atau menghakimi seseorang hanya karena kesalahan yang ia lakukan. Duduklah bersama, berdiskusilah, mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut. Karena, seseorang melakukan hal tersebut mempunyai alasan tersendiri, yang tidak untuk dikonsumsi secara publik. Laila/Ela/Tulungagung